Selasa, 15 Desember 2009

Cinema of Poetry


Dalam sinema kita sering mendengar istilah bahasa visual (gambar/film), sebuah istilah yang muncul karena film adalah salah satu bentuk dari media komunikasi, walaupun bersifat searah. Bahasa film berkerja tidak secara verbal (lin-sign/language sign) layaknya bahasa yang digunakan sehari-hari, namun komunikasi yang ia sampaikan adalah dengan kode-kode yang terkandung didalamnya, menjadikannya sebuah sistem linguistik yang menggunakan tanda sebagai medianya.

Alternatif komunikasi secara visual menjadi dasar dari bahasa film ini tidak memiliki wadah, layaknya bahasa verbal memiliki sebuah kamus sebagai tempat berkumpulnya ‘kata-kata’ (words), sehingga terjadi sebuah keyakinan bersama akan kata-kata tersebut. Para penulis menggunakan kata-kata yang terdapat dalam kamus dalam menjelaskan sesuatu hal dan kamus ini pun berfungsi sebagai pengawal agar tulisan tetap berada pada jalur, sehingga proses ini yang memberi/meningkatkan nilai dari kata-kata.

Berbeda dengan film, mereka tidak memiliki kamus yang dapat dijadikan sebagai pegangan para filmmaker untuk memberi/meningkatkan nilai dari filmnya. Pada tahun 1950-an mulai muncul beberapa konvensi yang mencoba mengkamuskan abstraksi dari bahasa film untuk mendapatkan nilai-nilainya, namun konvensi yang muncul terlihat aneh dengan rumus medahulukan stilistik sebelum gramatikalnya. Namun disini filmmaker dibantu oleh lingkungan yang sanggup mengekspresikan dirinya sendiri melalui citra visual yang mendapat konvensi dari (Pasolini menyebutnya dengan) ‘im-signs’, sebuah dunia memori dan mimpi. Analogi im-signs inilah yang dimanfaatkan oleh para filmmaker dalam filmnya dalam membentuk sebuah tanda yang memiliki nilai.

Filmmaker dalam memvisualkan objeknya harus dapat memisahkan/mangambil unit im-signs ini untuk menjadikannya sebuah objek independen yang kemudian dapat dikumpulkan ke dalam kamus im-signs sehingga dapat menerapkan fungsi dari seorang penulis yang memberi tanda dengan kualitas ekspresif individualnya, sehingga cara kerja film dengan mevisualkan objeknya menjadi dasar dari bahasa puisi, karena seperti konvensi yang dimanfaatkan penulis melalui kamusnya, citra adalah bentuk konkrit dan memiliki konvensi tersendiri yang dibentuk oleh gestur, lingkungan dan memori serta mimpi. Hal ini menjadikan film sebagai bentuk dan genre dengan tekhnik baru dalam berekspresi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar