Selasa, 22 Desember 2009

MUSIK MODERN BENTUK DEMOKRASI BUNYI

(under construction)
Modern, sebuah kata yang merangkum berbagai teori tentang periode yang lahir pasca feodalisme Eropa di abad pertengahan, periode ini muncul dengan ditandai oleh runtuhnya otoritas gereja dan menguatnya otoritas akan sains (ilmu pengetahuan). Disini otoritas sains tumbuh perlahan dan parsial, namun sayangnya tidak membangun sebuah sistem yang lengkap, ia hanya berani mengungkapkan sesuatu yang telah dipastikan kebenarannya secara ilmiah pada saat itu. Di negara belahan Eropa sendiri, terutama Italia yang menghadirkan konsep Humanisme dimana menganggap manusia sebagai subjek dan pusat dari segalanya (sebagai titik episentrum), begitu pula individualisme yang semakin menguat akibat terjadinya pembebasan dari otoritas gereja. Sayangnya perkembangan modernisme ini membawa manusia menuju subjektivisme yang kemudian berkembang dengan pesat hingga menimbulkan distansi antar sesama.

Oleh karena itu, dalam seni yang menganut modernisme diabad ke 20 mencoba untuk menghancurkan subjektifitas ini, jika perspektif Barat menyatakan individualisme bersifat fundamental dalam konsep modern, seni sebagai bentuk otonom dari sebuah infrastruktur bergerak lebih maju dengan perkembangan dalam ideologi hingga teknis. Karena dapat dikatakan, bahwa seni telah memiliki indikasi terhadap konsep modernisme itu sendiri dengan kehadiran seorang seniman (artist) yang sangat menonjolkan ekspresi personalitas individu pada karyanya. Sebut saja seorang pelukis atau penyair yang menolak demokrasi dalam kerja penciptaan karya mereka dan walaupun ada sebuah bentuk kolaboratif dalam kerja seni, tetap saja akan muncul sosok individu yang dominan diantara yang lainnya. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah karya adalah wujud dari sebuah sudut pandang individu secara personal melihat dunia dengan kacamatanya sendiri.

Sebagai kilasan, kita tidak dapat melupakan peran dari Dunia Barat (occident), terhubung dengan dominasi Eropa/Dunia Barat yang menghegemoni seluruh belahan dunia dengan menempatkan dirinya sebagai ‘titik nol’ yang melahirkan standar-standar untuk berbagai instansi termasuk seni dan salah satunya ada musik.

GETARAN

Perkembangan musik dunia menurut sejarahnya terbagi atas zaman Pertengahan (476-1450), zaman Renaisans (1450 -1600), zaman Barok (1600-1750), zaman Klasik (1740-1830), zaman Romantik (1815-1910), abad ke-20 (1900-2000) dan abad ke-21 (2001-sekarang). Musik sebagai seni kelima dari tujuh seni lainnya adalah sebuah bentuk karya seni yang berisi bebunyian, baik itu alamiah maupun buatan. Sebagaimana kita telah ketahui bahwa bunyi/suara bekerja dengan getaran yang menciptakan frekuensi, amplitudo dan timbre (warna suara/bunyi). Ketiga elemen inilah yang memproduksi bunyi dari sebuah objek sebagai sumbernya. Untuk kalangan awam hingga pemula, musik terdefinisi sebagai kumpulan bunyi yang mengandung nada hingga tercipta sebuah harmonisasi. Perlu kita ketahui bahwa situasi yang mengkonsepsikan musik sebagai harmonisasi dari nada adalah produk dari superior Barat yang mengakibatkan kita terhegemoni dengan ikhlas dan menerima bahwa nada yang ada adalah ‘do, re, mi, fa, so, la dan si’. Notasi tujuh nada yang dianggap wajib hukumnya dalam penciptaan sebuah musik. Hingga sekarang formula ini masih berlaku, karena prosesnya telah mencapai titik ekualibrium yang kemudian menembus tradisi klasik dalam masyarakat.

Dalam era modern yang mengkampanyekan personal individualisme yang melahirkan dan menguatkan berbagai perspektif-subjektif, menyebabkan bentuk dan peran dari musik turut berkembang. Sebagai salah satu contoh adalah John Cage (1912-1999), seorang komposer asal Los Angeles yang berani melampaui notasi konvensional dari musik klasik dengan karyanya 4’ 33”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar